Skip to main content


KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN
<data: post.body/>
           I.Kajian Teori
A.    .Dasar- Dasar Kepemimpinan Pendidikan
1.      Pemimpin dan Kepemimpinan
      Paradigma kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki kompleksitas yang tinggi. Ada beberapa teori lahirnya kepemimpinan. Pertama, teori Genetis yang berpendapat pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan sejak lahir yang diperoleh secara genetic dari orang tuanya. Kedua, teori sosial yang berpendapat pemimpin tidak dilahirkan, tidak ada bakat pemimpin. Pemimpin dibentuk melalui pendidikan dan pengalaman. Untuk menjadi pemimin yang baik dapat dipelajari dari pendidikan dan pengalaman. Ketiga, teori ekologis, teori ini berusaha menggabungkan kedua teori di atas, sehingga aliran ini berpendapat  untuk menjadi pemimpin yang berhasil mana kala memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dan pengetahuan serta keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif.
      Term kepemimpinan lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari perilaku dan budaya manusia yang terlahir sebagai individu yang memiliki ketergantungan sosial yang sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya tersebut manusia kemudian membentuk  organisasi dari yang kecil sampai besar sebagai media pemenuhan kebutuhan serta menjaga berbagai kepentingan. Dalam bahasa Indonesia pemimpin sering disebut sebagai penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja,tua-tua, dan sebagainya.
      Pemimpin adalah suatu peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Adapun istilah Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiiki oleh orang yang bukan pemimpin. Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
      Berikut ini beberapa definisi kepemimpinan yang dipandang dapat mewakili substansi konsep kepemimpinan.
a.       Kemampuan dan kesiapan seseorang  untuk mempengaruhi, membimbing, dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan bersama.
b.      Kesiapan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan orang lain agar mereka dengan suka rela menyumbangkan kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
c.       Kemampuan dan keterampilan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk berfikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan.
      Dari skian banyak definisi di atas terdapat kesamaan yang esensi yaitu mengandung makna proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan atau berbuat seperti yang pemimpin kehendaki demi mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok orang untuk berfikir dan bertindak melalui perilaku yang positif dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
2.      Tinjauan Siangkat Perkembangan Teori Kepemimpinan
      Kajian mengenai kepemimpinan termasuk kajian multi dimensi, aneka teori telah dihasilkan dari kajian ini. Teori paling tua adalah The Trait Theory atau teori yang biasa disebut teori pembawaan. Teori ini berkembang pada tahun 1940-an, bertitik tolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh karakteristik   atau  sifat-sifat  yang  dimiliki oleh seorang pemimpin. Karateristik tersebut dengan memutuskan pada karakteristik pribadi seorang pemimpin, meliputi: bakat-bakat pembawaan, ciri-ciri pemimpin, faktor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan berkomunikasi. Asumsi teori sifat adalah untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi. Untuk menjadi seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang seharusnya ada pada seorang pemimpin. Sifat-sifat yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin atara lain: bertaqwa, berwibawa, jujur, cerdas, tegas, tanggap, simpatik, ramah, sopan, berprakarsa, bijaksana, berani, sederhana, berjiwa besar, bertanggung jawab, terpercaya, adil,dan ikhlas.
      Pada kenyataannya tidak mungkin seorang pemimpin memiliki secara lengkap semua sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Pada akhirnya teori ini ditinggalkan karena tidak banyak cirri konklusif yang dapat membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin.
      Dengan surutnya minat pada teori pembawaa, muncul teori perilaku, yang lebih dikenal dengan behaviorist theory. Pendekatan teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa keberhasilan dan kegagalan seorang pemimpin itu dilakukan oleh gaya bersikap dan bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari cara mempengaruhi orang lain. Dengan demikian pendekatan ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan sangat erat dengan fungsi utama kepemimpinan, yaitu menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan.
      Ada dua kecenderungan perilaku kepemimpinan, yaitu (1) perilaku yang cenderung bersifat konsiderasi dan (2) perilaku yang cenderung bersifat inisiasi. Perilaku kepemimpinan konsiderasi adalah perilaku pemimpin yang berorientasi pada anak buah. Perilaku kepemimpinan konsiderasi atau tenggang rasa mempunyai sifat-sifat: ramah tamah, membela bawahan, memikirkan kesejahteraan anak buah, dan lain-lain. Perilaku kepemimpinan inisiasi adalah perilaku pemimpin yang sangat berorientasi mementingkan tercapainya tujuan organisasi. Perilaku kepemimpinan struktur tugas mempunyai sifat-sifat antara lain: selalu mengkritik bawahan, selalu memerintah, selalu memberi tahu, standar pekerjaan keras, dan selalu mengawasi anak buah. Perilaku kepemimpinan tenggang rasa dan inisiasi tidak saling tergantung, artinya pelaksanaan perilaku yang satu tidak mempengaruhi pelaksanaan perilaku yang lain.
      Dari teori inilah lahirnya konsep tentang Managerial Grid oleh Robert Blake dan Hani Mouton. Dengan Managerial Grid mereka mencoba menjelaskan bahwa ada suatu gaya kepemimpinan yang terbaik sebag hasil  kombinasi dua faktor, yaitu faktor produksi dan faktor manusia. Di dalam Managerial Grid  terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu:
a.       Impoverished Management atau gaya miskin∕ tandus
yaitu manajemen yang paling rendah terhadap pekerjaan yang harus dikerjakan  dan semangat kerja para bawahan yang bekerja.
b.      Country-Club Management atau gaya perkumpulan
yaitu manajemen yang penuh perhatian terhadap kebutuhan orang-orang sehingga suasana organisasi menjadi bersahabat dan menyenangkan namun yang berkait dengan pelaksanaan tugas rendah. 
c.       Autocratic Task Managers atau gaya tugas
adalah manajemen yang sangat menekankan pada pelaksanaan tugas sehingga efektivitas dan efisiensi dapat dicapai namun sedikit perhatian pada unsur manusianya.
d.      Team Managers atau gaya tim
yaitu manajemen yang sekaligus memperhatikan dua unsur yaitu produksi dan manusia, pencapaian tujuan diwujudkan dengan memberikan kepercayaan dan kemerdekaan terhadap orang-orang lewat regulasi tertentu.
Kisi-kisi Manajemen (Managerial Grid)
(Robert Blake & JaneMounton, 1964)
      Masih banyak teori-teori kepemimpinan yang dilahirkan atas pendekatan studi perilaku kepemimpinan. Namun, pada masa berikutnya teori perilaku dianggap tidak lagi relevan dengan situasi dan kondisi zaman. Timbullah studi kepemimpinan kontingensi atau sering dikenal dengan Study Theory yang tokoh utamanya adalah Fiedler. Teori ini berpandangan bahwa ada dua hal esensial yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan, yaitu: (1) situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda,  dan (2) menentukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk situasi tertentu. Dengan demikian pemimpin yang baik menurut teori ini adalah pemimpin yang dapat mengubah gaya kepemimpinan sesuai situasi yang ada dan memperlakukan bawahan sesuai kondisi bawahan yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda.
      Salah satu gaya kepemimpinan sangat terkenal yang dihasilkan dari studi kepemimpinan kontingensi adalah yang dikemukakan Hersey dan Balanchart berikut ini.
Kepemimpinan Situasional
(Haersey dan Blanchart)
      Tingkat kematangan dan kedewasaan bawahan dibedakan ke dalam empat ketegori, yaitu:
M1     : Tingkat kematangan anggota rendah, bawahan tidak mempunyai kemampuan bekerja, dan tidak ada kemauan atau kurang yakin terhadap apa yang akan dikerjakan.
M2     : Tingkat kematangan anggota rendah ke sedang, yaitu bawahan yang tidak mempunyai kemampuan bekerja, tapi memiliki kemauan melaksanakan tugas memiliki keyakinan terhadap apa yang akan dikerjakan.
M3     : Tingkat kematangan sedang ke tinggi, yaitu bawahan yang mempunyai kemampuan bekerja, akan tetapi tidak memiliki kemauan atau merasa kurang yakin terhadap apa yang akan dikerjakan.
M4     : Tingkat Kematangan anggota tinggi, yaitu bawahan yang disamping mempunyai kemampuan juga memiliki kemauan atau merasa untuk bekerja.
3.      Kepemimpinan Khas Indonesia
      Beberapa konsep kepemimpinan khas Indonesia yang dapat disajikan sebagai berikut:
a.       Hasta Brata
Hasta Brata adalah manifestasi dari Tuhan YME di alam semesta ini, yaitu sifat-sifat:
1)      Tanah
Tanah menyediakan semua kebutuhan dasar makhluk hidup. Tanah merupakan tempat yang kokoh, merima segalanya dan senantiasa memberi pada semua makhluk. Pemimpin  harus mencontoh tanah, yakin teguh dan tidak cengeng.
2)      Api
Api mempunyai sifat panas tetapi suci. Sifat pemimpin yang mencontoh api seharusnya berani membakar kekurangan-kekurangan dan memperbaiki kembali serta menggodok yang baru yang lebih baik sesuai keperluan. Tampil  berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu.
3)      Angin
Angin selalu berada di segala tempat tanpa membedakan dataran tinggi atau rendah, daerah kota atau desa, orang kaya atau orang miskin. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat atau anak buah tanpa membedakat derajad dan martabatnya.
4)      Air
Air dapat rata dan bersimbah kemana-mana secara seimbang. Demikian pula seorang pemimpin wajib mengusahakan meratanya kemakmuran, keselamatan, dan kesejahteraan anak buahnya.
5)      Angkasa
Keberadaan angkasa mempunyai kekuasaan yang tak terbatas sehingga mampu menampung apa saja yang datang padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat hingga dengan sabar mampu menampung pendapat anak buahnya yang beragam. Bahkan pemimpin harus mampu menampung berita apapun mengenai dirinya baik positif maupun negatif tanpa kehilangan pengamatan diri, sabar, dan tawakal.
6)      Bulan
Sifat bulan adalah memberikan sinar terang waktu malam. Seorang pemimpin wajib memberikan sinar yang menimbulkan semangat serta rasa percaya dan terlindung dari anak buahnya dari situasi krisis, kesusahan lahir-batin. Pemimpin wajib memberikan pula pelajaran-pelajaran, penerangan, yang mengangkat bawahannya dan gelapnya kebodohan.
7)      Matahari
Matahari merupakan sumber energi yang besar bagi seluruh makhluk hidup. Pemimpin harus mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup anggotanya untuk membangun lembaganya, dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk berkarya.
8)      Bintang
Bintang senantiasa mempunyai tempat tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah. Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat,tidak ragu menjalankan keputusan yang telah disepakati,serta tidak mudah terpengaruh pihak menyesatkan.
b.      Kepemimpinan Pancasila
            Kepemimpinan Pancasila secara substansi mengambil ajaran yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara, yaitu:
1)      Ing Ngarsa Sung Tuladha
Di depan member teladan. Seorang pemimpin harus mampu-lewat tutur kata, sikap,dan perbuatan menjadikan dirinya pola anutan orang-orang yang dipimpin.
2)      Ing Madya Mangun Karsa
Di tengah membangun karsa dan inisiatif. Seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa  atau berinisiatif dan berkreasi  pada orang-orang yang dipimpinnya.
3)      Tut Wuri Handayani
Mengikuti dari belakang dengan memberikan bimbingan. Seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan di depan dan bertanggung jawab.
            Norma-norma kepemimpinan lainnya yang relefan dan sangat mendukung ketiga prinsip kepemimpinan tadi dan yang juga sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila adalah:
1)      berwibawa
2)      jujur
3)      terpercaya
4)      bijaksana
5)      mengayomi
6)      berani mawas diri
7)      mampu melihat jauh ke depan
8)      berani dan mampu mengatasi kesulitan
9)      bersikap wajar
10)  tegas dan bertanggung jawab atas putusan yang diambil
11)  sederhana
12)  penuh pengabdian kepada tugas
13)  berjiwa besar
14)  mempunyai sifat ingin tahu
4.      Kepemimpinan Pendidikan yang Efektif
      Berbagai ide dari sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan yang efektif sebagai berikut:
Plato
Para pemimpin yang efektif adalah philoshoper-raja
Machavelli
Para pemimpin yang efektif adalah power-wielders, individu yang menggunakan manipulasi, eksploitasi, dan tipu daya untuk mencapai tujuan mereka sendiri
Taylor
Para pemimpin yang efektif melihat manajemen sebagai ilmu
DePree
Para pemimpin yang efektif melihat  manajemen sebagai sebuah seni
Drucker
Para pemimpin yang efektif mampu  melaksanakan fungsi manajamen
Appley
Para pemimpin yang efektif telah menguasai seni menyelasaikan sesuatu
McGregor
Para pemimpin yang efektif memahami sisi manusia dari perusahaan
Likert
Para pemimpin yang efektif mampu membangun sistem manajamen yang efektif
Blake and Mouton lacocca
Para pemimpin yang efektif memilih gaya kepemimpinan yang mencerminkan kepedulian terhadap produksi dan orang
Bradford and Cohen
Para pemimpin yang efektif berfokus  pada tiga "P", produk orang, dan laba dalam urutan itu
Block
Para pemimpin yang efektif adalah mengembangkan orang-orang
Kanter
Para pemimpin yang efektif adalah memberdayakan orang lain
Bennis and Nanus
Para pemimpin yang efektif adalah master perubahan
Burns
Para pemimpin yang efektif mempunyai visi dan mampu meerjemahkan visi dalam tindakan
Deming
Para pemimpin yang efektif mampu mengangkat pengikut ke dalam diri mereka lebih baik
      Operasionalisasi upaya peningkatan keefektifan kepemimpinan, organisasi dapat mengadopsi strategi yang disebut "Creative Stategies for Improving Leadership Effectivenes" yaitu:
a.       Menciptakan substitusi untuk arahan dan daya dukung pemimpin, mencakup:
1)      Mengembangkan sistem kolegial bimbingan
2)      Meningkatkan organisasi berorientasi kinerja
3)      Meningkatkan ketersediaan staf atministrasi
4)      Meningkatkan profesionalisme bawahan
5)      Mendesain ulang pekerjaan untuk meningkatkan  umpan balik kinerja dan memperhatikan ideology
6)      Memulai kegiatan tim-building untuk mengembangkan keterampilan manajemen diri kelompok
b.      Menciptakan pengembangan untuk arahan dan daya dukung pemimpin
1)      Meningkatkan persepsi bawahan terhadap pengaruh pemimpin∕ keahlian
2)      Membangun iklim organisasi
3)      Meningkatkan ketergantungan bawahan pada pemimpin
4)      Meningkatkan daya posisi pemimpin
5)      Buat kelompok kerja kohesi dengan norma kineja tinggi
      Direktorat Jendral PMPTK ( 2007) menyebutkan bahwa kepala sekolah efektif harus mampu mengetahui, yaitu: (a) mengapa pendidikan yang baik diperlukan di sekolah? (b) apa yang diperlukan untuk meningkatkan mutu sekolah? dan (c) bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi terbaik? Kemampuan untuk menguasai jawaban atas ketiga pertanyaan ini akan dapat dijadikan standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepala sekolah efektif atau tidak?.
      Secara umum cirri dan perilaku efektif kepala sekolah dapat dilihat dari tiga hal pokok yaitu, kemampuannya berpegang pada citra atau visi lembaga dalam meningkatkan tugas, menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, dan memfokuskan aktifitasnya kepada pembelajaran dan kinerja guru di kelas.
      Adapun secara detil deskripsi tentang kualitas dan perilaku kepala sekolah efektif dapat diambil dari pengalaman riset di sekolah-sekolah unggul dan sukses di negara maju. Atas dasar riset tersebut dapat dijelaskan cirri-ciri sebagai berikut:
a.       Kepala Sekolah efektif memiliki visi kuat masa depan sekolahnya dan ia mendorong semua staf untuk mewujudkan visi tersebut
b.      Kepala Sekolah efektif memiliki harapan tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja staf
c.       Kepala Sekolah efektif tekun mengamati para guru di kelas dan memberikan balik positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memeperbaiki pembelajaran
d.      Kepala Sekolah efektif mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang langkah-langkah untuk meminimalisasi kekacauan
e.       Kepala Sekolah efektif mampu memanfaatkan sumber-sumber material dan personil secara kreatif
f.       Kepala Sekolah efektif mampu memantau prestasi siswa secara individual dan kolektif dan memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan instruksional.
      Ciri-ciri kepemimpinan efektif kepala sekolah di abad 21 menurut Reinhartz & Beach, adalah:
a.       Jujur, yg membela kebenaran, dan memiliki pengetahuan nilai-nilai utama.
b.      Mau dan mampu mendengarkan suara guru, tenaga kependidikan, siswa. Orang-tua, dll.
c.       Menciptakan “surplus of vision”- sebagai milik kita semua.
d.      Hanya percaya pada data yang benar.
e.       Memulai kepemimpinannya dengan introspeksi dan refleksi.
f.       Memberdayakan diri kita semua & berbagi informasi, mengambil keputusan bersama.
g.      Melibatkan pengidentifikasian, berkenaan dengan hambatan-hambatan personal untuk berubah baik secara personal maupun organisasional.
      Kepala sekolah yang tidak efektif biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a.       Membatasi perannya sebagai manajer sekolah dan anggaran.
b.       Menjaga dokumen, sangat disiplin.
c.        Berkomunikasi dengan setiap orang sehingga memboroskan waktu dan tenaga.
d.      Membiarkan guru mengajar di kelas tanpa ada pengawasan dan pembinaan.
h.      Memanfaatkan waktu hanya sedikit untuk urusan kurikulum dan pembelajaran
      Indikator mutu kepemimpinan efektif untuk kepala sekolah adalah sebagai berikut.
a.       Pengambilan keputusan diambil secara partisipatif.
b.      Pengambilan keputusan bersifat objektif sesuai kebutuhan di lapangan.
c.       Pengambilan keputusan relevan dengan kondisi siswa.
d.      Terjadi keakraban antara kepala sekolah, guru, staf, dan siswa di sekolah.
e.       Kepala sekolah terbuka menerima kritik dan saran.
f.       Kepala sekolah terbuka terhadap pembaharuan-pembaharuan dalam sistem pendidikan.
g.      Ada kejelasan pendelegasian tugas antara kepala sekolah guru, dan staf.
h.      Kepala sekolah memberi kesempatan yang sama ke semua guru dan staf untuk mengembangkan diri.
i.        Kepala sekolah memiliki visi, misi dan tujuan ke depan yang jelas (kepala sekolah harus visioner).
B.     Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
            Secara teoritis setiap guru yang ada di Indonesia memiliki kompetensi untuk mendidik siswa karena berdasarkan ijazah yang dimilikinya.Akan tetapi untuk saat ini masih terdapat guru –guru yang dapat bekerja dengan sempurna sehingga dapat menjadi tauladan bagi guru yang lainnya.Guru yang ada saat ini masih belum optimal dalam menjalankan peranannya.
            Dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang ada yang dipengaruhi oleh globalisasi menyebabkan situasi dan kondisi yang terjadi semakin kompleks.Dalam hal ini dunia pendidikan memiliki tantangan lebih berat apabila dibandingkan dengan era-era sebelumya.Akan tetapi guru-guru yang ada saat ini ada yang masih merasa tidak sanggup.Padahal guru nampaknya menjadi faktor penentu utama dalam menghadapi masalah tersebut, dikarenakan guru merupakan sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik.
            Dalam bidang pendidikan di Indonesia memiliki berbagai masalah yang klasik, seperti halnya proses belajar yang masih berorientasi kepada guru, materi ynag terlalu syarat dan kurang praktis, proses berpikir yang terlalu tinggi dan kurang dalam hal pemecahan masalah, serta kurangnya pengawasan yang intensif. Dalam mengatasi hal tersebut maka diperlukan berbagai hal juga, seperti adanya perbaikan dan pembaharuan dalam kurikulum, pengadaan buku, serta penataran bagi guru-guru.
            Kebijakan – kebijakan yang berada di pusat akan dilakukan pada wilayah yang berada dibawahnya. Baik melalui informasi atau pedoman dari pusat memerlukan penjabaran yang lebih lanjut.Oleh sebab itu, kehadiran supervisi pendidikan sangatlah diharapkan demi tercapainya tujuan pendidikan secara efisien melalui pembinaan profesionalitas guru.
1.      Pengertian Supervisi Pendidikan
      Menurut Neagley, supervisi adalah pelayanan kepada guru ynag bertujuan untuk menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum. Sedangkan menurut Robbins, supervisi merupakan kegiatan pengarahan langsung terhadap kegiatan – kegiatan bawahan. Maksudnya adalah apabila pengarahan akan diberikan kepada guru, maka yang dapat memberikan instruksi adalah kepala sekolah.
      Menurut Daresh, supervisi merupaka suatu proses mengawasi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Wiles, supervisi yaitu sebagai bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli yang ada, terdapat kesamaan yaitu supervisi merupakan kegiatan pendidikan yang ditujukan untuk perbaikan situasi belajar mengajar melalui peningkatan kemampuan profesi pada guru dalam melaksanakan tugasnya.
2.      Tujuan Supervisi Pendidikan
      Tujuan supervisi secara umum telah dijelaskan pada bagian atas yaitu untuk meningkatkan profesionalitas guru sehingga memperbaiki dalam proses belajar mengajar. Dalam perkembangan waktu, terdapat ahli – ahli yang ikut serta dalam penjabaran tujuan supervisi pendidikan, seperti Piet Sahertian dan Frans Mataheru, Moh.Rifai, serta Ametembun.Dari keempat tokoh tersebut memiliki kesamaan dalam penjabaran yaitu mengarah kepada perbaikan situasi belajar mengajar.Perlu dipahami bahwa situasi dalam prose belajar mengajar memiliki variasi yang sangat banyak.walaupun demikian ada satu hal yang dapat kita ketahui bahwa semua rumusan tentang tujuan supervisi pendidikan tersebut berusaha memperbaiki situasi belajar melalui pemberian bantuan berupa peningkatan kualitas kepada guru.
3.      Prinsip – prinsip Supervisi Pendidikan
      Supervisi merupakan pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajar pada khususnya.Pembinaan yang dimaksud adalah pembinaan yang dapat memperbesar dan mengembangkan kesanggupan anggota staff untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam tugasnya.Oleh karena itu seorang supervisor haruslah memahami prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
      Bagi supervisor, prinsip supervisi pendidikan merupakan pedoman untuk bertindak dan menjadi pegangan dalam mejalankan tugasnya.Adapun prinsip-prinsip supervisi pendidikan yang dikemukakan oleh NA.Ametambun ada dua, yaitu pinsip fundamental dan prinsip praktis, yang dibedakan menjadi dua yaitu prinsip praktis yang positif dan negatif.
      Sejalan dengan NA Ametambun, Soekarno Indrafachrudi mengemukakan adanya prinsip supervisi pendidikan yang asasi yaitu Pancasila, dan ada dua prinsip lain yaitu: prinsip positif yaitu prinsip yang patut kita ikuti, dan prinsip negatif yang sebaiknaya kita hindari.
      Dalam uraian lebih lanjut dijelaskan, bahwa prinsip positif itu meliputi:
a.       Supervisi dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
b.      Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif
c.       Supervisi harus scientific dan efektif
d.      Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru
e.       Supervisi harus berdasarkan pada kenyataan
f.       Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan self-evaluation.
      Sedangkan prinsip negatif meliputi :
a.       Seorang supervisor tidak boleh bersifat otoriter.
b.      Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan guru.
c.       Seorang supervisor bukan inspektur yang bertugas memeriksa pelaksanaan suatu keputusan atau peraturan.
d.      Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih baik daripada guru.
e.       Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal yang kecil dalam cara guru mengajar
f.       Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.
      Sehubungan dengan prinsip supervisi ini Piet Sahertian dan Frans Mataheru, serta Suharsimi Arikunto mengemukakan beberapa prinsip supervisi pendidikan sebagai berikut :
a.       Ilmiah (scientific) yang mencakup :
1)      Sistematis, yaitu dilaksanakan secara teratur, berencana, dan kontinyu
2)      Objektif, artinya data yang didapatkan haruslah data nyata bukan data yang bersifat penafsiran.
3)      Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
b.      Demokratis, maksudnya adalah mejunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
c.       Kooperatif, maksudnya seluruh staf dapat bekejasama sehingga tercipta situasi yang baik.
d.      Konstruktif dan kreati, yaitu mampu membina dan menciptakan situasi yang memungkinkan untk mengembangkan potensi-potensi secara optimal.
e.       Kontinyu yaitu bahwa supervisi perlu dilakukan secara terus- menerus.
      Sejalan dengan pendapat diatas, Suharsimi mengemukakan prinsip-prinsip supervisi pendidikan, walaupun tidak persis sama, namun pada dasarnya mecakup unsur-unsur yang sama.
      Suatu hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa prinsip-prinsip supervisi tersebut bukan sekedar sebagai pengetahuan saja, akan tetapi perlu dilaksanakan oleh supervisor, sehingga supervisor diharapkan dapat melakukan tugasnya dengan tidak usah memaksa-maksa, tidak menakut-nakuti, tidak mebunuh kreatifitas guru. Sikap korektif haruslah diganti dengan sikap kreatif sehingga dapat menciptakan situasi dan relasi yang tenang untuk mengembangkan profesi anggota staffnya.
C.     Teknik – teknik Supervisi Pendidikan
1.      Batasan Teknik Supervisi

2.      Klasifikasi Teknik Supervisi Pendidikan


Comments

Popular posts from this blog

Geography Teacher

Geography Teacher In Practicing Geography Lesson Learning to Foster Love Attitude of the Homeland and Care for the Environment <data: post.body /> a. Growing Love Attitude of the Fatherland Love the homeland can be grown developed in the learning of geography through the role of a teacher that is in the following way: • Teachers can show areas that belong to the country of Indonesia either through maps, globe or satellite imagery so that students will know which areas are included in our country (NKRI) so that if there is a secret seizure of the region eg shifting the country border benchmarks, then we will be able to find out. This shows in addition to the role of geography as a giver of regional knowledge of the country also contribute in maintaining the territorial integrity of the Unitary State of the Republic of Indonesia. • Teachers can show the distribution of natural resources in Indonesia, then the teacher asks the students about how to cultivate the potential ...

Influence Climate change on the environment

<data: post.body />    Climate change is the change of temperature, air pressure, wind, rainfall, and humidity as a result of global warming. Due to the greenhouse gas effect, the greenhouse gases will continue long-wave radiation that is hot, so the surface temperature of the earth will rise and become hotter where the rate of increase of heat is directly proportional to the rate of change of greenhouse gas concentration. with the rate of change in greenhouse gas concentrations.       If there is a rise in global average temperature of 1.5-2.5oC, the possibility of extinction will occur 20-30 species of flora and fauna. The level of ocean acidity will increase with increasing CO2 in the atmosphere. This will have a negative impact on marine organisms such as coral reefs and organisms that depend on coral reefs. Coastal areas will be increasingly vulnerable to coastal erosion and sea level rise will occur. The average flow of river water...

Meaningful Learning Process

<data: post.body /> <script data-ad-client="ca-pub-2283241520599098" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>     Meaningful learning is a learning process whereby new information is linked to the structures of understanding that a person already in the process of learning is having. Learning takes place when students try to connect new phenomena into their knowledge structures. That is, the lesson material must match the student's abilities and must be relevant to the cognitive structure of the student. Therefore, the lesson should be related to the concepts that students already have, so that the new concepts are completely absorbed by it. Thus, students' emotional intellectual factors are involved in learning activities.      Meaningful learning is a fun lesson that will have the advantage of reaping all the information intact so that the final consequence improves the student's ...